Source : www.pixabay.com
Apa
yang manusia cari di dalam hidup mereka? Apa kiat supaya hidup ini lebih
berarti? Mungkin pertanyaan pertanyaan tersebut salah satunya selalu terngiang
di kepala setiap manusia ketika mereka merasa lelah dan merasa tersesat dalam
menjalani hidup. Hal ini membuat manusia semakin merasa rumit dalam hidupnya
ketika ia dihadapkan kepada keadaan yang tidak ia harapkan. Pada dasarnya
idealisme yang ada dalam diri manusia dapat di wujudkan jika mereka mampu
menciptakan kehidupan mereka sendiri, tapi apa yang terjadi jika ia sendiri pun
tak mampu mneciptakan kehidupan idealnya sendiri? Haruskah mereka kembali ke
dalam arus kehidupan yang selama ini ia hindari? Di saat ini kita melihat
banyak orang yang mampu menciptakan dunianya sendiri dan ada yang sebaliknya,
apakah mereka merasa gelisah sama seperti saya? Mungkin hanya diri mereka dan
tuhan mereka yang mengetahuinya. Ada orang difabel yang mampu berjuang
menghidupi keluarganya dengan berkarya yang bahkan orang normal secara mental
dan fisik belum tentu mampu melakukannya, ada orang yang berjuang supaya ia
mampu mendapat hak yang sama dengan orang normal dalam kehidupan pergaulan dan
ilmu pengetahuan. Mereka berjuang luar biasa sekeras-kerasnya, sedangkan apa
yang dilakukan saya yang dikaruniai oleh tuhan dengan fisik dan mental yang
normal dan sehat? Tapi dalam hati muncul pernyataan “jangan ingin dilihat hebat
oleh orang “, ternyata itu hanya selimut agar kerja keras kembali tertidur
pulas dan menjadikan hati menjadi lebih malas, pernyataan dalam hati “segini pun
sudah alhamdulillah”, itu hanya pernyataan bahwa kita sudah tak mau lagi
melebihi kemampuan diri. Jadi apa yng pantas memotivasi diri agar berpacu lebih
kencang dari sebelumnya? Bukankah setiap agama akhirat mengajarkan agar menjadi
manusia yang baik, dan manusia yang baik itu kwalitas hidupnya hari ini lebih
baik dari hari sebelumnya. Saya teringat ketika seorang pelatih sepak bola
memberi semangat kepada anak asuhnya dalam sebuah pertandaingan dengan ucapan
“kalian tidak dapat mengalahkan siapapun dalam pertandingan jika kalian tidak
mampu mengalahkan diri kalian sendiri”, apakah semanis itu? Nyatanya tidak
semua orang mammpu melampaui dirinya sendiri, bahkan banyak dari mereka yang
malah merasa kalah dari dirinya sendiri dari setan yang bergentayangan dari
dirinya, dari setan yang merasuki hatinya. Lantas apa yang harus dilakukan?
Ini-ini saja kah? Tuhan mungkin tahu apa yang kita ingnkan, dan sampai mana
kemampuan kita, dan tuhan tahu apa yang
kan terjadi dalam kehidupan kita, walaupun mereka sendiri sudah mengerti konsep
tuhan akan merubah nasib mereka kecuali mereka merubah nasib mereka sendiri.
Apakah ini sebuah ungkapan atau konsep bahwa kegundahan saya hari ini merupakan
hasil yang karena saya tidak dapat merubah nasib kehidupan saya sendiri? Tapi
kita juga sering mendengar jika kita telah gagal dalam satu proses kita harus
mengulangnya kembali, dan tidak sedikit dan tidak jarang mereka mengalami
kegagalannya berulang-ulang, dan akhirnya mereka berhasil dengan usaha laini di
tempat lain dengan usaha yang berbeda, muncul kembali pernyataan bahwa mungkin
tuhan tidak menghendaki kamu berada di sana, dan mungkin tuhan lebih
menghendaki kamu ada di sini. Jadi apa yang menjadi jawaban bagi sang jiwa yang
gelisah merasa bosan? Hidup di dunia ini memang fana sehingga manusia meraa
indah hidup didalamnya padahal mereka tidak merasa menjadi dirinya seutuhnya,
mungkinkah karena asas hidup bersama dimana kepentingan pribadi harus tertahan
dari kepentingan orang lain atau bersama? Apakah ini pula menjai konsep sehingga
ia merasa tidak mampu mengekspresikan dirinya karena campurtangan atau
kepentingan orang lain, atau bahkan ini sebuah skenario tuhan agar kehidupan
ini selalu berputar sehingga tidak semua ekspresi manusia hadir di dunia dan
hanya menjadi angan-angan mereka. Saya percaya jika semua manusia tidak
memiliki kegundahan dan kegelisahan mereka tidak akan pernah mau berfikir dan
bergerak untuk melakukan sesuatu, tapi percayakah kita bahwa banyak manusia
diluar sana bahkan kita sendiri yang terkurung dalam kegelisahan kita sendirir
dan tidak mampu membebaskan diri kkita dari dalamnya. Jiwa yang terkurung ini
terjadi selama mereka tidak mengerti proses hidup dan ketika kita tersadar,
kita telah ada di jantung kurungan dan harus membuka kuncinya satu-persatu dengan
jumlah yang banyak, banyak sekali bisa menjadi ribuan bahkan jutaan kunci
kehidupan agar kita terbebas dan mampu mengerti mengapa dan apa yang harus kita
lakukan. Ketika kita hidup kita harus belajar bukan untuk menerima kenyataan,
tetapi kita hidup untuk membuka kunci kehidupan, apakah kita berhasil atau
gagal membukanya itu bukan tergantung dari siapa dan apa tetapi seberapa banyak
mereka berusaha untuk keluar atau mati terkurung di dalamnya tanpa mampu
mengerti mereka hidup untuk apa. Kegelisahan ini terungkap bukan karena saya
sudah tak mampu mencari soslusinya, tetapi lebih parah lagi karena sudah tidak
ada keinginan untuk keluar dari belenggu kehidupan yang muncul dari hati,
karena ternyata hati ini mempunyai satu karakter tulus, giat, dan semangat
namun otak yang sudah malas berfikir dan malas memberi perintah kepada otot
untuk menggerakan tubuh kedalam hal yang lebih baik.
Ah iya, bener sekali kadang kegundahan itu hadir pada hati ini juga, otak pun mematahkan logika agar terus berada di zona nyaman dalam hidup, terima kasih, mewakilkan perasaan.
BalasHapus