Rabu, 24 Mei 2017

Apa, Mengapa, dan Kenapa ?


Source : www.pixabay.com

Apa yang manusia cari di dalam hidup mereka? Apa kiat supaya hidup ini lebih berarti? Mungkin pertanyaan pertanyaan tersebut salah satunya selalu terngiang di kepala setiap manusia ketika mereka merasa lelah dan merasa tersesat dalam menjalani hidup. Hal ini membuat manusia semakin merasa rumit dalam hidupnya ketika ia dihadapkan kepada keadaan yang tidak ia harapkan. Pada dasarnya idealisme yang ada dalam diri manusia dapat di wujudkan jika mereka mampu menciptakan kehidupan mereka sendiri, tapi apa yang terjadi jika ia sendiri pun tak mampu mneciptakan kehidupan idealnya sendiri? Haruskah mereka kembali ke dalam arus kehidupan yang selama ini ia hindari? Di saat ini kita melihat banyak orang yang mampu menciptakan dunianya sendiri dan ada yang sebaliknya, apakah mereka merasa gelisah sama seperti saya? Mungkin hanya diri mereka dan tuhan mereka yang mengetahuinya. Ada orang difabel yang mampu berjuang menghidupi keluarganya dengan berkarya yang bahkan orang normal secara mental dan fisik belum tentu mampu melakukannya, ada orang yang berjuang supaya ia mampu mendapat hak yang sama dengan orang normal dalam kehidupan pergaulan dan ilmu pengetahuan. Mereka berjuang luar biasa sekeras-kerasnya, sedangkan apa yang dilakukan saya yang dikaruniai oleh tuhan dengan fisik dan mental yang normal dan sehat? Tapi dalam hati muncul pernyataan “jangan ingin dilihat hebat oleh orang “, ternyata itu hanya selimut agar kerja keras kembali tertidur pulas dan menjadikan hati menjadi lebih malas, pernyataan dalam hati “segini pun sudah alhamdulillah”, itu hanya pernyataan bahwa kita sudah tak mau lagi melebihi kemampuan diri. Jadi apa yng pantas memotivasi diri agar berpacu lebih kencang dari sebelumnya? Bukankah setiap agama akhirat mengajarkan agar menjadi manusia yang baik, dan manusia yang baik itu kwalitas hidupnya hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. Saya teringat ketika seorang pelatih sepak bola memberi semangat kepada anak asuhnya dalam sebuah pertandaingan dengan ucapan “kalian tidak dapat mengalahkan siapapun dalam pertandingan jika kalian tidak mampu mengalahkan diri kalian sendiri”, apakah semanis itu? Nyatanya tidak semua orang mammpu melampaui dirinya sendiri, bahkan banyak dari mereka yang malah merasa kalah dari dirinya sendiri dari setan yang bergentayangan dari dirinya, dari setan yang merasuki hatinya. Lantas apa yang harus dilakukan? Ini-ini saja kah? Tuhan mungkin tahu apa yang kita ingnkan, dan sampai mana kemampuan kita,  dan tuhan tahu apa yang kan terjadi dalam kehidupan kita, walaupun mereka sendiri sudah mengerti konsep tuhan akan merubah nasib mereka kecuali mereka merubah nasib mereka sendiri. Apakah ini sebuah ungkapan atau konsep bahwa kegundahan saya hari ini merupakan hasil yang karena saya tidak dapat merubah nasib kehidupan saya sendiri? Tapi kita juga sering mendengar jika kita telah gagal dalam satu proses kita harus mengulangnya kembali, dan tidak sedikit dan tidak jarang mereka mengalami kegagalannya berulang-ulang, dan akhirnya mereka berhasil dengan usaha laini di tempat lain dengan usaha yang berbeda, muncul kembali pernyataan bahwa mungkin tuhan tidak menghendaki kamu berada di sana, dan mungkin tuhan lebih menghendaki kamu ada di sini. Jadi apa yang menjadi jawaban bagi sang jiwa yang gelisah merasa bosan? Hidup di dunia ini memang fana sehingga manusia meraa indah hidup didalamnya padahal mereka tidak merasa menjadi dirinya seutuhnya, mungkinkah karena asas hidup bersama dimana kepentingan pribadi harus tertahan dari kepentingan orang lain atau bersama? Apakah ini pula menjai konsep sehingga ia merasa tidak mampu mengekspresikan dirinya karena campurtangan atau kepentingan orang lain, atau bahkan ini sebuah skenario tuhan agar kehidupan ini selalu berputar sehingga tidak semua ekspresi manusia hadir di dunia dan hanya menjadi angan-angan mereka. Saya percaya jika semua manusia tidak memiliki kegundahan dan kegelisahan mereka tidak akan pernah mau berfikir dan bergerak untuk melakukan sesuatu, tapi percayakah kita bahwa banyak manusia diluar sana bahkan kita sendiri yang terkurung dalam kegelisahan kita sendirir dan tidak mampu membebaskan diri kkita dari dalamnya. Jiwa yang terkurung ini terjadi selama mereka tidak mengerti proses hidup dan ketika kita tersadar, kita telah ada di jantung kurungan dan harus membuka kuncinya satu-persatu dengan jumlah yang banyak, banyak sekali bisa menjadi ribuan bahkan jutaan kunci kehidupan agar kita terbebas dan mampu mengerti mengapa dan apa yang harus kita lakukan. Ketika kita hidup kita harus belajar bukan untuk menerima kenyataan, tetapi kita hidup untuk membuka kunci kehidupan, apakah kita berhasil atau gagal membukanya itu bukan tergantung dari siapa dan apa tetapi seberapa banyak mereka berusaha untuk keluar atau mati terkurung di dalamnya tanpa mampu mengerti mereka hidup untuk apa. Kegelisahan ini terungkap bukan karena saya sudah tak mampu mencari soslusinya, tetapi lebih parah lagi karena sudah tidak ada keinginan untuk keluar dari belenggu kehidupan yang muncul dari hati, karena ternyata hati ini mempunyai satu karakter tulus, giat, dan semangat namun otak yang sudah malas berfikir dan malas memberi perintah kepada otot untuk menggerakan tubuh kedalam hal yang lebih baik.

1 komentar:

  1. Ah iya, bener sekali kadang kegundahan itu hadir pada hati ini juga, otak pun mematahkan logika agar terus berada di zona nyaman dalam hidup, terima kasih, mewakilkan perasaan.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Jika ada yang berkenan, saya siap kok diajak nikah.